Terdengar terlalu bersih nan suci?

20.12

 

Ruang ruang yang katanya kosong tersebut pun,

Mereka terisi dengan apa yang disebut dengan hening

Tidak banyak yang terjadi disana

Namun, ia hidup, mungkin, dengan syukur di dalamnya

 

Sesosok manusia yang katanya antisosial tersebut pun,

Mereka mungkin terlalu muak, ditatap dengan heran

Oleh orang lain, yang senantiasa menempeli mereka

Dengan “selalu sibuk dengan handphone nya”

Atau “selalu sibuk dengan bukunya”

 

Mulut manusia yang berbakti pada satu zat yang dipercayai

Melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan

Namun, apakah zat yang kau percayai segalanya itu

Mengajarkan mu untuk terlalu bebas mengomentari hidup orang lain?

 

Sesuatu yang terlalu beda dengan apa yang kita percaya,

Asing, tidak masuk akal, aneh

Suatu reaksi normal, yang terlampau sering di normalisasi

Sampai tidak ada batasan, mana yang heran mana yang menghakimi

 

Menerima perbedaan jadi terkesan mewah

Terkadang pun hanya menjadi template saja

Afirmasi menjadi basa basi

Mempertanyakan ketulusan menjadi tak pernah lazim

 

Lingkungan dan dunia pun penuh dengan kebencian

Terasa nyata, walau banyak yang akhirnya menormalkan

Label yang mereka sematkan kepada siapapun yang berbeda dengan nya

Kebencian tidak selalu tampak merusak dari luar, namun

Menyayat dari dalam

 

Membicarakan figure yang tampil di media

Dengan berita kurang baik, menjadi hal yang rutin

Mencekik orang tersebut tanpa tangan, namun

Dengan lidah yang sama sama berdoa,

Memohon ampun, kepada yang maha kuasa

 

Mengurusi urusan masing masing berubah menjadi aneh

Obrolan yang bukan tentang perbedaan nilai, bukan tentang figure di media,

Menjadi tidak asyik

Terkadang bukan kita yang menjadi pahit,

Namun, sekitar sudah terlalu rusak

Sehingga kita terkesan “selalu benar” “selalu bersih” 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.